Sunday 23 December 2012

Sunday 25 November 2012



Pokok-Pokok Pemikiran Muhammad Iqbal
I.                   Pendahuluan
Filsafat Islam dan pemikiran tokoh-tokohnya yang telah berhasil mengukir sejarah dan melahirkan peradaban baru bagi umat Islam. Dalam kajian ini saya akan membahas tentang tokoh filsafat islam yang monumental diabad kedua puluh, seorang pemikir, pujangga, pembaharu Islam yang bukan saja berpengaruh di negerinya Pakistan tapi juga di Indonesia sendiri, yaitu Muhammad Iqbal.
Dr. Sir Muhammad Iqbal. Ia adalah setitik zarah di lautan semesta yang jiwanya senantiasa dalam keadaan resah. Jutaan manusia pelbagai bangsa pernah turut menyaksikan keresahannya di dalam ribuan bait syair yang ia tulis.
Sosoknya memang fenomenal. Lebih dari siapa pun, Muhammad Iqbal telah merekonstruksi sebuah bangunan filsafat Islam yang dapat menjadi bekal individu-individu Muslim dalam mengantisipasi peradaban Barat yang materialistik ataupun tradisi Timur yang fatalistik. Jika diterapkan maka konsep-konsep filosofis Iqbal akan memiliki implikasi-implikasi kemanusiaan dan sosial yang luas.[1]
Dr. Mohammad Natsir didalam bukunya Kapita Selekta mengungkapkan bahwa Muhammad Iqbal telah membangkitkan semangat rakyat dengan memompa kepercayaan diri ('Izzatunnafs) sambil beliau menyitir sebuah sajaknya dengan tema Khudi (pribadi) sebagai berikut:[2]
Khudi ko kar buland itna keh har taqdir se pahley
Khuda bandey se khud puchhey bata teri raza kia hai.
"Binalah pribadimu demikian hebatnya sehingga sebelum Tuhan menentukan taqdirmu
Dia sendiri akan mengarahkan Tanya padamu: Apakah yang kau kehendaki yang sebenarnya".
II.                Rumusan Masalah
1.      Biografi Muhammad Iqbal ?
2.      Pemikiran Muhammad Iqbal ?
III.             Pembahasan
1.      Biografi Muhammad Iqbal
Muhammad Iqbal (Urdu: محمد اقبال), (lahir di Sialkot, Punjab, India, 9 November 1877 – meninggal di Lahore, 21 April 1938 pada umur 60 tahun), dikenal juga sebagai Allama Iqbal (Urdu: علامہ اقبال), adalah seorang penyair, politisi, dan filsuf besar abad ke-20.
Muhammad Iqbal menyelesaikan sekolah dasarnya di Sialkot. Bakatnya sebagai seorang penyair dimulai di sini, dan mulai dirasakan gurunya, Syed Mir Hasan. Iqbal pun lulus Scotch Mission School pada 1892 dan melanjutkan ke jurusan Liberal Arts di Scotch Mission College (Murray College) dan lulus ujian pada 1895. Setelah itu, ia melanjutkan ke Governtment College, Lahore dan mendapatkan gelaran Bachelor of Arts tahun 1897 untuk jurusan Filsafat, Bahasa Arab, dan Sastera Inggris, dan gelaran Master of Arts pada 1899. Ia turut menerima pingat emas karena menjadi satu-satunya calon yang sukses di bidang filsafat. Setelah itu, Ia mendalami bahasa Arab di Oriental College, Lahore, sebelum menjadi penolong profesor mata pelajaran Filsafat dan Sastera Inggris di Government College, Lahore, pada 1903. Saat mendapatkan gelaran Master inilah, Muhammad Iqbal bertemu dengan Sir Thomas Arnold, seorang cendekiawan yang pakar filsafat moden, yang kemudian menjadi jambatan ke peradaban Barat, dan mempengaruhinya untuk melanjutkan pendidikan di Eropa.[3]
Dengan dorongan dan dukungan dari Arnold, Iqbal menjadi terkenal sebagai salah satu pengajar yang berbakat dan penyair di Lahore. Sajak-sajaknya banyak diminati orang. Pada tahun 1905, ia belajar di Cambridge pada R.A. Nicholson, seorang spesialis dalam sufisme, dan seorang Neo-Hegelian, yaitu Jhon M.E.McTaggart. Iqbal kemudian belajar di Heidilberg dan Munich. Di Munich ia menyelesaikan doktornya pada tahun 1908 dengan disertasi, The Development of Metaphysics in Persia.(disertasi ini kemudian diterbitkan di London dalam bentuk buku, dan dihadiahkan Iqbal kepada gurunya, Sir Thomas Arnold). Setelah mendapatkan gelar doktor, ia kembali ke London untuk belajar di bidang keadvokatan sambil mengajar bahasa dan kesusastraan Arab di Universitas London. Selama di Eropa Iqbal tidak pernah bosan menemui para ilmuwan untuk mengadakan berbagai perbincangan tentang persoalan-persoalan keilmuan dan kefilsafatan. Ia juga memperbincangkan Islam dan peradabannya. Di samping itu Iqbal memberikan ceramah dan berbagai kesempatan tentang Islam. Isi ceramahnya tersebut dipublikasikan dalam berbagai penerbitan surat kabar. Ternyata setelah menyaksikan langsung dan mengkaji kebudayaan Barat, ia tidak terpesona oleh gemerlapan dan daya pikat kebudayaan tersebut. Iqbal tetap concern pada budaya dan kepercayaannya.
Ia dianggap sebagai salah satu tokoh paling penting dalam sastra Urdu, dengan karya sastra yang ditulis baik dalam bahasa Urdu maupun Persia. Iqbal dikagumi sebagai penyair klasik menonjol oleh sarjana-sarjana sastra dari Pakistan, India, maupun secara internasional. Meskipun Iqbal dikenal sebagai penyair yang menonjol, ia juga dianggap sebagai "pemikir filosofis Muslim di masa modern". Buku puisi pertamanya, Asrar-e-Khudi, juga buku puisi lainnya termasuk Rumuz-i-Bekhudi, Payam-i-Mashriq dan Zabur-i-Ajam;; dicetak dalam bahasa Persia pada 1915. Di antara karya-karyanya, Bang-i-Dara, Bal-i-Jibril, Zarb-i Kalim dan bagian dari Armughan-e-Hijaz merupakan karya Urdu-nya yang paling dikenal. Bersama puisi Urdu dan Persia-nya, berbagai kuliah dan surat dalam bahasa Urdu dan Bahasa Inggris-nya telah memberikan pengaruh yang sangat besar pada perselisihan budaya, sosial, religius dan politik selama bertahun-tahun. Pada 1922, ia diberi gelar bangsawan oleh Raja George V, dan memberinya titel "Sir".
Ketika mempelajari hukum dan filsafat di Inggris, Iqbal menjadi anggota "All India Muslim League" cabang London. Kemudian dalam salah satu ceramahnya yang paling terkenal, Iqbal mendorong pembentukan negara Muslim di Barat Daya India. Ceramah ini diutarakan pada ceramah kepresidenannya di Liga pada sesi Desember 1930. Saat itu ia memiliki hubungan yang sangat dekat dengan Quid-i-Azam Mohammad Ali Jinnah.
Iqbal dikenal sebagai Shair-e-Mushriq (Urdu: شاعر مشرق) yang berarti "Penyair dari Timur". Ia juga disebut sebagai Muffakir-e-Pakistan ("The Inceptor of Pakistan") dan Hakeem-ul-Ummat ("The Sage of the Ummah"). Di Iran dan Afganistan ia terkenal sebagai Iqbāl-e Lāhorī (اقبال لاهوری "Iqbal dari Lahore"), dan sangat dihargai atas karya-karya berbahasa Persia-nya. Pemerintah Pakistan menghargainya sebagai "penyair nasional", hingga hari ulang tahunnya (یوم ولادت محمد اقبال – Yōm-e Welādat-e Muḥammad Iqbāl) merupakan hari libur di Pakistan.[4]
2.      Pemikiran Muhammad Iqbal
Iqbal adalah filosof Muslim yang banyak dipengaruhi oleh banyak filosof Barat seperti Thomas Aquinas, Bergson, Nietzsche, Hegel dan masih banyak lagi yang lainnya. Nietzsche dan Bergson sangat mempengaruhi Iqbal khususnya konsepnya tentang hidup sebagai kehendak kreatif yang terus bergerak menuju realisasi. Manusia sebagai kehendak kreatif tidak bisa dibelenggu oleh hukum mekanis maupun takdir sebagai rencana Tuhan terhadap manusia yang ditetapkan sebelum penciptaan. Namun semangat relegius Iqbal menyelamatkannya dari sikap atheisme yang dianut Nitzsche sebagai konsekuensi kebebasan kreatif manusia. Iqbal masih mempertahankan Tuhan dan mengemukakan argumentasi yang bisa mendamaikan kemahakuasaan Tuhan dengan kebebasan manusia.
Iqbal juga menolak konsep Nitzsche maupun Bergson tentang kehendak sebagai sesuatu yang buta, khaotis, tanpa tujuan. Iqbal mengatakan bagaimanapun orang sadar bahwa dalam kehendaknya ia memiliki tujuan karena kalau tidak buat apa ia berkehendak, namun Iqbal menolak tujuan sebagai tujuan yang bukan ditetapkan oleh manusia sendiri melainkan oleh takdir atau hukum evolusionistik.[5]
a.       Pemikiran Muhammad Iqbal tentang Falsafah Agama
Pandangan Muhammad iqbal yang berkaitan dengan falsafah agama memiliki corak tersendiri yang berbeda dengan apa yang ditempuh oleh mutakallimin(ahli ilmu kalam) rasional maupun filosof muslim baik dilihat dari segi isu yang ditampilkan maupun analisisnya.
Ia  berbeda dengan mutakallimin klasik dalam upaya memberikan rasionalisasi agama agar dapat diterima oleh akal. Ia tidak lagi terbawa kepada pembicaraan mengenai Tuhan dalam kerangka klasik seperti masalah pembuktian keberadaan Tuhan dengan menggunakan hukum kausalitas, sifat Tuhan dalam konteks qodim dan azalinya, Tuhan dibandingkan dengan sesuatu yang bukan Tuhan. Ia juga tidak mengulangi apa yang ditempuh oleh para filosof muslim karena titik singgung pemikiran agamanya bukan lagi rasionalisasi hellenisme akan tetapi perkembangan pemikiran barat setelah mengalami proses pencerahan yang menghantarkan bangsa itu kepada kemajuan.
Karena itulah maka dalam upaya memberikan penjelasan agama yang dapat diterima oleh akal, maka ia menulis buku Reconstruction of Religious thought in islam. Pendekatan buku tersebut menyerupai Wach sebagai pengamat agama yang bersemangat fenomenologis, hanya saja Wach membicarakanya dalam kerangka perbandingan sedangkan Iqbal hanya membatasi diri pada islam. Keduanya sama-sama berangkat dari titik tolak bahwa pengalaman agama sebagai sesuatu yang riil dan bukan khayalan sebagaimana dituduhkan oleh kaum materialis. Dari sini Iqbal merekonstruksi pemikiran keagamaan dalam islam dalam bentuk dialog dengan falsafah sehingga dapat dilihat sebagai percikan pemikiranya dalam falsafah agama.[6]
Baginya pembuktian kebenaran pengalaman keagamaan hanya dengan subyek yang mengalami tidaklah cukup. Oleh karena itu, ia mengemukakan dua macam pembuktian yaitu pembuktian intelektual dan pembuktian pragmatis. Menurutnya pembuktian intelektual dipahami sebagai interpretasi kritis tanpa didahului oleh pra anggapan yang berasal dari manusia. Sedangkan pembuktian pragmatis adalah pembuktian yang didasarkan pada hasil yang dapat dilihat dari adanya pengalaman keagamaan manusia. Yang pertama biasanya dikaitkan dengan filosof sedang yang kedua dikaitkan dengan para Nabi.
b.      Pemikiran Muhammad Iqbal dalam Politik
Iqbal terjun ke politik tahun 1908. Dia diberi gelar kebangsawanan pada tahun 1922, terpilih sebagai anggota Dewan Legislatif pada tahun 1926, diangkat sebagai presiden Liga Muslim India pada tahun 1930. Dia memperingatkan Liga Muslim bahwa India tidak akan dapat mengatasi perbedaan-perbedaan yang timbul untuk menjadi bangsa tunggal yang utuh. Namun, dia menyerukan kerja sama antar kelompok-kelompok agama. “ Mungkin kita tidak ingin mengakui bahwa setiap kelompok mempunyai hak untuk membangun menurut tradisi budayanya sendiri.” Ide ini akhirnya dikenal sebagai “Rencana Pakistan”, meskipun Iqbal sendiri tidak pernah mendukung nasionalisme sempit dalam bentuk apapun. Pihak-pihak lain memanfaatkan idenya tersebut untuk membentuk negara muslim Pakistan, dan iqbal diakui secara umum sebagai “ Bapak” Pakistan Modern.[7]  Bagi Iqbal dunia Islam seluruhnya merupakan satu keluarga yang terdiri atas republik-republik, dan Pakistan yang akan dibentuk menurutnya adalah salat satu republik itu.[8]
Sebagai seorang negarawan yang matang tentu pandangan-pandangannya terhadap ancaman luar juga sangat tajam. Bagi Iqbal, budaya Barat adalah budaya imperialisme, materialisme, anti spiritual dan jauh dari norma insani. Karenanya ia sangat menentang pengaruh buruk budaya Barat. Dia yakin bahwa faktor terpenting bagi reformasi dalam diri manusia adalah jati dirinya. Dengan pemahaman seperti itu yang ia landasi diatas ajaran Islam maka ia berjuang menumbuhkan rasa percaya diri terhadap umat Islam dan identitas keislamannya. Umat Islam tidak boleh merasa rendah diri menghadapi budaya Barat. Dengan cara itu kaum muslimin dapat melepaskan diri dari belenggu imperialis.[9]
IV.             Simpulan
Muhammad Iqbal merupakan sosok pemikir multidisiplin. Di dalam dirinya berhimpun kualitas kaliber internasional sebagai seorang sastrawan, negarawan, pendidik, filosof dan mujtahid. Sebagai pemikir Muslim dalam arti yang sesungguhnya, Iqbal telah merintis upaya pemikiran ulang terhadap Islam demi kemajuan kaum muslimin. Dan berusaha untuk melepaskan kaum muslim dari imperialisme barat dan merekonstruksi pemikiran kaum muslim untuk mencapai kemajuan.
V.           

Daftar Pustaka
Adian, Donny Gahral, Muhammad Iqbal, Bandung: Teraju, 2003
Natsir, M., Kapita Selekta 2, Jakarta: PT Abadi dan Yayasan Kapita Selekta,  2008
Nasution, Hasyimsyah, Filsafat Islam, Jakarta: Gaya Media Pratama, 1999
Jamil, Abdul,  Muhammad Iqbal dan Falsafah Agama Semarang: Gunungjati, 2002
Lee, Robert D., Mencari IalM Autentik: Dari Nalar Puitis Iqbal hingga Nalar Kritis Arkoun, Bandung: Mizan, 2000
Nasution, Harun, Pembaharuan dalam Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 2003
Wikipedia.com



[1] Donny Gahral Adian, Muhammad Iqbal, Bandung: Teraju, 2003, hal. 23
[2] M. Natsir, Kapita Selekta 2, Jakarta: PT Abadi dan Yayasan Kapita Selekta,  2008, hal. 138-139
[3] Hasyimsyah Nasution, Filsafat Islam, Jakarta: Gaya Media Pratama, 1999, hal. 182
[4] Wikipedia.com
[5]  Donny Gahral Adian, op.cit., hal. 34
[6] Abdul Jamil,  Muhammad Iqbal dan Falsafah Agama Semarang: Gunungjati, 2002, , hal. 124
[7] Robert D. Lee, Mencari IalM Autentik: Dari Nalar Puitis Iqbal hingga Nalar Kritis Arkoun, Bandung: Mizan, 2000, hal. 70
[8] Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 2003, cet. XIV, hal 186

Monday 2 July 2012


Komunikasi Persuasif pada Iklan di Televisi
M. Iqbal S. H.

Televisi merupakan media elektronik yang dapat digunakan sebagai media informasi bagi manusia. Saat ini, televisi sudah masuk ke seluruh pelosok Indonesia. Hal ini merupakan satu indikasi bahwa masyarakat Indonesia mulai mengikuti kemajuan teknologi. Seiring dengan perkembangan industri di Indonesia, Televisi menjadi media massa yang paling tepat untuk mempromosikan produk dari berbagai industri barang maupun jasa. Karena televisi mampu menjangkau semua lapisan masyarakat mulai dari menengah kebawah dan menengah ke atas. Selain itu juga karena Televisi merupakan media massa audio-visual sehingga lebih menarik, lebih efektif dan easy understanding untuk menyampaikan isi pesan kepada para audiensnya.
Maraknya persaingan di bidang advertising membuat para pembuat iklan harus lebih kreatif untuk membuat iklan semenarik mungkin, selogis mungkin dan mudah dipahami. Disinilah peran komunikasi persuasif diperlukan untuk mewujudkan hal-hal tersebut. Untuk membuat iklan tidak hanya dituntut kreatifitas saja tetapi juga harus memahami iklan yang akan dibuat itu dari aspek psikologis persuasifnya supaya iklan tersebut bisa memengaruhi para audiens dan bisa merubah sikap mereka sesuai maksud dari iklan itu sendiri.
Sebelum membahas lebih jauh tentang  komunikasi persuasif  kita akan membahas tentang arti dari Komunikasi Persuasif terlebih dahulu. Menurut Hovland komunikasi adalah proses merubah individual, sehingga apabila pesan yang disampaikan menarik akan tercapai apa tujuan dari penyampaian pesan dan tindakan (Jalaludin Rahmat, 2001: 14).
Sedangkan Lesswel mengatakan bahwa cara yang baik untuk menjelaskan komunikasi adalah menjawab pertanyaan berikut: Who say what in which channel to whom with what effect?.  Berdasarkan paradigma tersebut, Onong Uchjana Effendi berpendapat bahwa komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu (Onong Uchjana Effendy, 1984: 8)
Persuasi adalah usaha untuk merubah sikap individu dengan cara memasukan ide, fikiran, pendapat dan bahkan fakta baru melalui pesan-pesan komunikatif.
Persuasi juga bisa diartikan sebagai seni dan tehnik mengubah sikap orang lain yang proses berjalanya mencakup empat komponen yaitu sumber, sasaran, berita/informasi dan lingkungan.
Para ahli komunikasi sering kali menekankan bahwa persuasif adalah kegiatan psikologis (Jalaluddin Rakhmat 2001:18 ). Hal ini ditekankan karena persuasif ini bertujuan untuk mengubah opini, sikap dan perilaku individu. Maka dapat disimpulkan bahwa Komunikasi Persuasif adalah bentuk komunikasi yang mempunyai tujuan khusus dan terarah untuk mengubah perilaku komunikan sesuai dengan apa yang komunikator harapkan melalui pesan-pesan komunikatif yang disampaikan secara verbal maupun non verbal melalui media maupun tanpa media. Bentuk komunikasi persuasif yang ada di media massa terutama di Televisi berupa iklan-iklan berbagai macam produk barang, jasa ataupun iklan sosial. Untuk mencapai tujuan dari komunikasi persuasif dalam iklan di Televisi diperlukan iklan yang komunikatif sehingga bisa dipahami, dipertimbangkan dan dilakukan oleh komunikan dengan cepat
Proses persuasi dalam televisi merupakan suatu mekanisme proses belajar individu. Hal ini terkait dengan proses pengolahan pesan dalam otak individu, bagaimana seorang individu, menangkap dan mengelola suatu informasi kemudian mempertimbangkan dan memutuskan kedalam suatu tindakan terhadap suatu objek. Bentuk persuasi di televisi yang paling umum adalah iklan.
Iklan adalah sebuah seni dari persuasi dan dapat diartikan sebagai desain komunikasi yang bertujuan untuk menginformasikan dan membujuk komunikan untuk merubah sikapnya sesuai yang komunikator harapkan. Pada dasarnya iklan merupakan sarana komunikasi yang digunakan komunikator melalui media massa sebagai alat penyebaranya.
Iklan yang muncul di Televisi hampir semuanya bersifat persuasif. Untuk bisa membujuk para pemirsa maka isi pesan itu harus bisa masuk kedalam pikiran mereka sehingga mereka terpengaruh dan mau merubah sikap mereka dengan sendirinya (tanpa terpaksa). Tahapanya adalah sebagai berikut
a.       Kognitif, yaitu pemahaman dimana individu memperoleh informasi dari berbagai sumber dan mencapai tingkat "tahu/paham" pada objek yang diperkenalkan.
b.      Afektif, yaitu pertimbangan dimana individu mempertimbangkan pemahamanya pada objek dan menentukan suka atau tidak suka pada objek yang diperkenalkan.
c.       Konatif, yaitu tahap dimana individu sudah melakukan suatu tindakan terhadap objek yang diperkenalkan.
Oleh karena itu, diperlukan iklan yang komunikatif supaya bisa memengaruhi para audience. Menurut Djokolelono (Creative Directure at Grey Ads) sebuah iklan yang komunikatif harus memiliki Unsur Super "A" yaitu Simple (sederhana),  Unexpected (tak terduga), Persuasive, Entertaining (menghibur), Relevant (berhubungan dengan produknya), acceptable ( dapat diterima secara personal).
Jika iklan sudah memenuhi kriteria tersebut, maka pesan akan dengan mudah sampai kepada pikiran individu dan mudah diproses untuk menentukan sikap terhadap suatu objek. Tetapi semua unsur tersebut tidak harus terpenuhi semua, unsur yang paling berpengaruh adalah persuasive, iklan yang kadang tidak relevant dengan brandnya tetapi punya daya persuasif yang bagus akan lebih mudah memengaruhi audiens, misalnya iklan rokok yang tidak nyambung dengan produknya, tetapi mampu meyakinkan para audiens dengan keunggulan produk tersebut
Televisi dapat menyampaikan pesan secara serentak kepada jutaan umat manusia yang tersebar di wilayah luas. Di samping itu, televisi merupakan media yang dapat mempengaruhi tindakan audiens karena pesan-pesan yang disampaikan oleh televisi menggunakan bahasa lisan dan bahasa gambar (audio-visual), yang bersifat menghibur sehingga enak dan mudah dipahami oleh komunikan atau audiens. Apabila persuasi dalam suatu iklan berhasil pasti audiens akan merubah sikapnya sesuai yang diinginkan komunikator. Perubahan sikap ini nantinya bisa menjadi bagian dari sikap seorang individu baik itu menjadi sikap yang permanen atau hanya temporer. Karena kecenderungan iklan pada televisi sekarang ini hanya mengikuti trend yang biasanya tidak bertahan lama. Sebenarnya persuasif yang ada di televisi itu tidak hany terdapat pada iklan saja, tapi sekarang ini tayangan-tayangan di televisi seperti sinetron, FTV, musik dll secara tidak langsung mengandung unsur persuasif di dalamnya. Sehingga para audiens terpengaruh untuk menirunya dan bahkan tayangan tersebut bisa menjadi trend setter baru. Seperti sekarang ini yang sedang happening adalah Korean style, banyak sekali orang yang terpengaruh dan menirunya, mulai dari cara berpakaian, model rambut sampai sikap mereka yang kontras dengan budaya ketimuran kita. Jadi dapat kita simpulkan juga bahwa persuasif itu juga bagian dari proses imitasi. Karena dengan adanya stimulus yang berupa iklan atau tayangan yang ada di televisi, para audiens terbujuk untuk menirunya tanpa paksaan.
Pengaruh lainya adalah membuat para audience menjadi pribadi yang konsumtif karena banyaknya iklan yang menampilkan kemudahan suatu produk. Mereka biasanya dengan mudah menggunakan produk tersebut tanpa berfikir panjang, mereka hanya melihat dari sisi praktisnya saja. Sehingga pribadi individu (audience) cenderung menjadi tidak produktif dan kurang kritis dalam menentukan tindakan terhadap sesuatu. Hal ini secara tidak langsung mempengaruhi pola pikir mereka dan mereka akan sering menerapkanya dalam menghadapi berbagai masalah dan bisa menjadi karakter diri mereka.
Jadi untuk bisa mempengaruhi komunikan, komunikator harus bisa merancang bentuk pesan yang komunikatif dan persuasifnya kuat. Terutama para komunikator yang ada dalam dunia advertising. Persuasif juga merupakan bagian dari proses belajar, imitasi dan pembentukan karakter seorang individu.

Thursday 15 December 2011

Televisi



TELEVISI
I.            PENDAHULUAN
     Saat ini televisi merupakan barang yang tidak terpisahkan dalam kehidupan sehari hari kita.Dengan adanya televisi maka kita bisa mengetahui suatu informasi dengan cepat tanpa beranjak dari tempat duduk kita, namun tahukah anda bahwa televisi yang sering kita tonton ini memiliki sejarah yang panjang.Kata “televisi” itu sendiri merupakan gabungan dari kata tele yang artinya jauh dari bahasa Yunani dan visio yang artinya penglihatan dari bahasa Latin. Sehingga televisi dapat diartikan sebagai telekomunikasi yang dapat dilihat dari jarak jauh. Sesuai dengan fungsinya, penemuan televisi pertama disejajarkan dengan penemuan roda, karena penemuan ini mampu mengubah peradaban dunia. Di Indonesia ‘televisi’ secara tidak formal disebut dengan TV, tivi, teve atau tipi.
II.                   RUMUSAN MASALAH
1.      Pengertian Televisi
2.      Komponen Televisi
3.      Pengaruh Televisi
III.            PEMBAHASAN
1.      Pengertian Televisi
Televisi merupakan paduan radio (broadcast) dan film (moving picture). Pemirsa dirumah tidak mungkin menangkap siaran televisi kalau tidak ada unsur-unsur radio dan tidak mungkin dapat melihat gambar-gambar yang bergerak pada layer televisi jika tidak ada unsur-unsur film.
Suatu program siaran televisi dapat dilihat dan didengar oleh pemirsa karena dipancarkan oleh pemancar. Dalam segi ini, prinsip pemancaran dan prinsip penangkapan oleh pemancar televisi adalah sama dengan prinsip radio. Sering gambar pada layar televisi mendadak menjadi jelek sedang suaranya tetap baik. Disini jelas bahwa segi auditifnya baik dan pada siaran televisi terdapat unsur radio.
Sesuai dengan karakteristiknya televisi adalah “salah satu bentuk media massa yang memancarkan “suara” dan “gambar” yang berarti sebagai reproduksi dari kenyataan yang disiarkannya melalui gelombang-gelombang elektronik, sehingga dapat diterima oleh pesawat-pesawat penerima dirumah”.(Palapah dan Syamsudin 1993:92).
Sedangkan menurut Effendy (1986:197) bahwa Televisi terdiri dari istilah “Tele” artinya far, off, jauh ditambah dengan “Vision” yang berarti penglihatan. Pengertian televisi menurut Effendy menerangkan bahwa bila dipandang dari segi “jauh”-nya diusahakan oleh prinsip radio dan segi “penglihatannya oleh gambar. Tanpa adanya gambar pemirsa tidak melihat apa-apa sedangkan penonton dapat menikmati siaran televisi kalau televisi dapat memancarkan gambar dan gambar yang dipancarkan adalah gambar yang bergerak dan kadang-kadang gambar yang diam (Still Picture).
Televisi berasal dari kata tele dan visie, tele artinya jauh dan visie artinya penglihatan, jadi televisi adalah penglihatan jarak jauh atau penyiaran gambar-gambar melalui gelombang radio. (Kamus Internasional Populer: 196). Yang dimaksud dengan televisi adalah sistem elektronik yang mengirimkan gambar diam dan gambar hidup bersama suara melalui kabel (Arsyad, 2002: 50).
2.      Komponen Televisi
Kotak TV modern terdiri biasanya dari alat penampil, antena atau input frekuensi radio (RF) dan yang paling penting sekali, penala TV yang membedakan kotak TV dari monitor yang menerima isyarat yang sudah diproses, tidak lupa juga pembesar suara. Kebanyakan peti TV juga dilengkapi terminal input tambahan untuk peranti lain seperti pemain DVD, konsol permainan video dan fon kepala. Terminal input yang paling kerap dijumpai termasuk RCA (untuk video komposit dan komponen), mini-DIN (untuk S-Video), HDMI, SCART (Eropah) dan D-terminal (Jepun). Setengah kotak TV mewah dilengkapi port Ethernet untuk menerima data dari Internet, seperti nilai saham, cuaca atau berita. Kebanyakan kotak TV yang dibuat sejak awal 1980-an juga dilengkapi pengesan inframerah untuk mengesan isyarat yang dihantar oleh alat jarak jauh.
Kotak TV masa kini menggunakan pelbagai teknologi penampil seperti CRT, LCD, Plasma, DLP, dan OLED. Setengah proyektor yang dipasang penala juga dianggap sebagai televisi.
3.      Pengaruh Televisi
          Banyaknya audien televisi menjadikannya sebagai medium dengan efek yang besar terhadap orang dan kultur dan terhadap dengan media lain.  Sekarang televisi adalah medium adaalah medium massa dominan untuk hiburan dan berita .
a.       Dampak Kultural dari Televisi
Hampir setiap rumah setidak banyak yang mempunyai satu televisi. Rata-rata, satu televisi menyala selama tujuh jam sehari di rumah, jelas bahwa televisi mengubah gaya hidup masyarakat. Mengalihkan perhatian orang dari hal-hal yang dahulu menjadikan perhatian mereka. Televisi dapat menggerakkan orang, peran televisi dalam menarik perhatian bangsa pada soal-soal serius tampak nyata pada tahun 1962, ketika presiden john kennedy berbicara di depan kamera dan mengatakan kepada bangsa amerika bahwa negaranya sedang sedang dalam persaingan nuklir dengan uni soviet.
b.      Dampak Ekonomi Televisi
Meskipun audien untuk jaringan utam yang menyediakan acara ke stasiun afiliasi local telah berkurang, namun industry TV AS terus tumbuh. Penerimaan iklan mencapai $69,3 milyar pada 2005, 24,2 persen dari total iklan media. Koran berada di urutan kedua dengan $ 59,1 miliar.
c.       Guncangan Media Massa
Dalam sebuah acara pada 1981, tycoon televisi ted turner memprediksi berakhirnya era Koran dalam waktu sepuluh tahun. Tahun 1991 telah berlalu dan, seperti di prediksi turner, televisi menjadi medium yang makin Berjaya tetapi Koran masih ada. turner
Terlalu melebih-lebihkan dampak televisi, tetapi dia benar ketika dia mengatakan televisi terus merebut pembaca dan pengiklan dari Koran dan juga dari media massa lainnya.
Televisi dengan mudah bisa melahap sebagian besar waktu anak waktu yang dilewatkan di depan layar televisi berarti waktu yang tidak di manfaatkan oleh anak untuk belajar, membaca, menggambar atau membantu pekerjaan orang tua. Apabila tayangan televisi menyajikan acara hiburan atau acara bernuansa kekerasan, maka anak – anak cenderung menyukai dan menggemari tayangan tersebut karena apa yang di lihat, di tonton di tayangkan televisi biasanya anak – anak cenderung akan menirunya tanpa disaring, di filter dan tanpa dibarengi dengan sikap selektif dalam memilih acara yang di sajikan, sehingga takut akan merusak akhlak anak terhadap pengaruh yang ditayangkan oleh televisi oleh karena itu peran pendamping dan bimbingan oleh orang tua kepada anaknya yang sedang menonton atau menikmati tayangan yang di sajikan oleh pesawat televisi di rumah karena setiap harinya banyak anak – anak menghabiskan waktu di depan pesawat televisi sehingga banyak tayangan atau program acara yang dinikmatinya tanpa banyak memikirkan apakah layak di tonton oleh anak – atau dapat merusak akhlak anaknya.
IV.                   KESIMPULAN
Televisi adalah sebuah alat penangkap siaran bergambar. Kata televisi berasal dari kata tele dan vision; yang memiliki arti masing-masing jauh (tele) dan tampak (vision). Jadi televisi berarti tampak atau dapat melihat dari jarak jauh. Dalam penemuan televisi, terdapat banyak pihak, penemu maupun inovator yang terlibat, baik perorangan maupun badan usaha. Televisi adalah karya massal yang dikembangkan dari tahun ke tahun.
referensi:

Milton Chen. 2005. Mendampingi Anak Menonton Telivisi, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Hal.9